Wednesday 12 March 2014

Teknologi Roket !

Roket RX-550, Masa depan penguasaan teknologi Antariksa dan Rudal Balistik Nasional

Satish Dhawan Space Centre, Sriharikota, India.  Masa depan Morotai Space Center Maluku, Indonesia.
Satish Dhawan Space Centre, Sriharikota, India. Masa depan Morotai Space Center Maluku, Indonesia.
Pengangkut Satelit dan Peluru kendali
Ambisi Indonesia untuk dapat membawa sendiri satelitnya ke luar angkasa adalah salah satu upaya mewujudkan kemandirian bangsa dalam teknologi antariksa. Ada kebanggaan atau Pride tersendiri apabila sebuah negara dapat menguasai teknologi di bidang antariksa sehingga bisa disejajarkan dengan kelompok negara yang sukses mengirimkan satelitnya sendiri seperti Amerika, Rusia, China, Jepang, India, Iran, dsb. Selama ini, untuk mengorbitkan satelit ke angkasa luar, Indonesia harus mengeluarkan kocek mahal untuk membayar kepada negara yang memiliki wahana peluncur satelit. Terakhir pada pertengahan 2012 lalu, Satelit Telkom-3 milik Indonesia gagal mengorbit akibat Roket Proton M milik Rusia mengalami kerusakan dan  sebelumnya satelit buatan LAPAN, TUBSAT pun harus nebeng roket PSLV 7 India untuk diorbitkan.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kemudian menjawab keinginan ini dengan mulai merancang berbagai roket dimulai dengan diameter terkecil, menengah yang sudah aktif di gunakan TNI untuk latihan hingga diameter yang paling besar saat ini, RX-550. Sejak dikembangkan ditahun 2011, RX-550 masih bergulat dengan serangkaian uji Statis karena berbagai kendala yang muncul belum terselesaikan.  Kedepan, bila teknologi roket pembawa satelit berhasil di kuasai LAPAN, bukan tidak mungkin LAPAN juga mampu membuat peluru kendali jarak jauh atau rudal balistik sebagai bagian dari sistem pertahanan udara nasional.
Masa depan wahana peluncur satelit LAPAN
Masa depan wahana peluncur satelit LAPAN
About RX550
Sesuai namanya, Roket Xperimental 550 memiliki kaliber 550 mm ,Roket terbesar yang dikembangkan LAPAN, dirancang mampu melesat sejauh 300 km dan merupakan komponen tingkat pertama dan kedua dari roket peluncur satelit yang memiliki panjang 8 -10 meter.
Sebelum berkonsentrasi pada RX-550, LAPAN telah sukses melakukan uji terbang RX-450 pada 2009 lalu, terlihat LAPAN melakukan pengembangan secara bertahap , berjenjang dan terprogram dengan baik, sebuah langkah strategis dari LAPAN ditengah rongrongan keterbatasan anggaran. LAPAN sendri menargetkan mampu meluncurkan satelit secara mandiri hingga 2025, sebuah waktu yang cukup panjang, hal ini mungkin dapat dimaklumi karena LAPAN bergerak dengan anggaran dan perhatian pemerintah yang terbatas.
Pendekatan ke Iran tau Korea Utara
Membangun sendiri teknologi roket peluncur satelit dari nol merupakan sebuah tantangan yang luar bisa berat, agaknya belum terselesaikanya berbagai kendala dalam pengembangan RX-550 akibat dari proges kemandirian pengembangan roket dari nol ini. Untuk mengatasi persoalan pelik ini dalam jangka waktu yang minimalis, seharusnya Pemerintah mulai memberikan perhatian intents dengan mengajak LAPAN untuk ‘menyedot ilmu’ dari negara yang sudah lihai dalam membuat Roket antara lain ke Iran atau Korea Utara. Mengapa bukan barat, rusia atau Amerika?? we know that, udah jadi rahasia umum susahnya minta diajarin teknologi tinggi pada mereka, bargaining power kita masih belum memadai.
Masa Depan Roket RX-550 LAPAN
Shahab-3, Masa Depan Roket RX-550 LAPAN
Why Iran or Korea Utara?
Jangan mempersalahkan ideologi atau agama, tapi Pengetahuan yang dimiliki dua negara ini. IRAN adalah negara yang tengah getol mengembangkan kemampuan rudal rudalnya demi melindungi negaranya dari ancaman Amerika dan Israel. Sama seperti kita, Iran juga mengembangkan rudalnya secara bertahap, dimulai dari roket Kavoshgar (Explorer) 1 – 2 yang tak membawa apapun,  roket Kavoshgar 3 yang sukses membawa hewan ke angkasa luar hingga yang masih dalam tahap uji coba Roket peluncur satelit ,Simorgh (Phoenix).  Bekerja sama dengan Iran diprediksi bakal lebih mudah dan welcome banget, Iran sangat membutuhkan kerjasama strategis dengan negara2 besar lain guna meningkatkan peran Internasionalnya melawan embargo Barat. Masalahnya, “berani” kah Indonesia menjalin kerjasama strategis ini dengan Iran? karena yang jelas Amerika dan anak buahnya bakal dibikin panas dingin. Well ini semua kembali pada upaya diplomasi dan kepemimpinan negara ini kelak.
Alternatifnya bila Iran masih belum mencukupi, untuk mendorong penguasaan teknologi Roket, tak ada salahnya pula kita berguru pada Saudara tua kita, Korea Utara. Apalagi diyakini, Iran dan Korea Utara saling bekerja sama dalam Pengembangan teknologi Rudal. Iran turut membantu Korea utara dalam keberhasilan peluncuran Roket pembawa satelit Kwangmyongsong-3. Pada awal2 pasca revolusi Islam dan perang Iran – Iraq, Teheran meminta bantuan Pyongyang untuk membantu mengatasi rudal SCUD Irak, hasilnya Iran mengimpor 100 Rudal Scud-B pada 1987 berikut kendaraan pengangkutnya. Sejak itu Korea Utara telah mengekspor Scud-C (1992) dan rudal Rodong (1994) ke Iran, beserta pengiriman ahli rudal ke IRAN. Di era 1990 an dengan bantuan ilmuwan Korut, Iran memulai sendiri pengembangan Rudalnya, hasilnya Iran Sukses meluncurkan Rudal Shahab-3 berdaya jangkau 1-300 km yang merupakan wujud reinkarnasi dari rudal Rodong Korea Utara. Kini Iran juga berhasil mengembangkan Shahab-5 dan Shahab-6 dengan daya jangkau yang lebih besar yang merupakan bentuk copy dari Rudal balistik (ICBM) Tae-Podong 2 Korea utara, Dengan rudal Shahab pulalah Iran mampu mengirim satelit nya sendiri pada 2009 silam. Bukti rudal baliktis bak sendok bermata dua, satu bisa untuk kegiatan positif (satelit), satu bisa sebagai senjata mematikan.
Apa yang dilakukan Iran bersama Korea Utara dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi LAPAN dalam pengembangan roketnya, apabila Indonesia mendapat mentoring dari Iran atau Korea Utara, plus anggaran yang memadai, maka kemandirian dalam meluncurkan satelit atau membangun rudal yang mampu meningkatan efek deterens bagi tetangga nakal dapat diwujudkan dalam waktu singkat.
Pulau Morotai, Maluku Utara yang super ekostis, lokasi yang menghadap langsut laut pasifik sangat cocok untuk meluncurkan roket.
Pulau Morotai, Maluku Utara yang super eksotis, lokasi yang menghadap langsung laut pasifik sangat cocok untuk meluncurkan roket.
At least, Perjalanan LAPAN dan Indonesia masih sangat panjang dalam teknologi Antariksa, akan tetapi niat, ambisi LAPAN untuk mewujudkan roket peluncur satelit adalah kebanggaan tersendiri. Karena hal in pulalah, meski dengan terseok seok, Roket2 LAPAN terus mendapat perhatian serius dari para tetangganya, terutama Singapura dan Malaysia. Setiap ada event uji terbang, dua negara ini dipastikan meng ON kan Teropong dan recodernya, bukti pengembangan roket LAPAN memilik potensi membawa ancaman besar bagi para tetangganya. Mereka macam2, kita tinggal pajang pinsil raksasa dengan sebuah telunjuk jari yang berada diatas sebuah tombol besar bewarna merah.
Kebenaran akan terwujud ketika kita telah melewati kesulitan
Sumber : http://kasamago.wordpress.com/2013/11/24/roket-rx-550-masa-depan-penguasaan-teknologi-antariksa-dan-rudal-balistik-nasional/
0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

Post a Comment