Wednesday 26 February 2014

National Exam ! :') |Jurnal LS 5-2

UN                UN tahun ini semakin carut marut, banyak sitem yang kacau didalamnya. Dilihat dari penuturan menteri pendidikan, rusaknya UN terkesan menyalahkan pihak pencetakan dan segala teknisi dalam pendidikan. Sebagai kementrian berskala internasional, ketika hanya menyalahkan teknis saja, maka itu terkesan sepele. Pemerintah hanya penentu standar, bukan penentu kelulusan. Yang katanya hasil UN adalah tiket untuk masuk Perguruan Tinggi, namun ada beberapa daerah terpencil misalnya, disana tidak ada UN, tapi mereka bisa masuk Perguruan Tinggi. Bagaimana sikap pemerintah? hal tersebut terlihat ketidakmerataan kebijakan UN. Karena namanya evaluasi itu tidak hanya ujian tulis, berarti secara tidak langsung mengkerdilkan sistem pendidikan tersebut. Pemerintah itu hanya menunjukkan standar saja, bukan kelulusan. Misalnya menunjukkan hasil karya. Pendidikan bukan hanya hasil tertentu, tapi pendidikan itu komperenhensif. Kognitif, afektif, dan psikomitor. Berarti jika salah satu saja (kognitif), maka terjadi ketidakseimbangan.
UN2Sebainya pak Mendikbud, selaku pemegang kebijakan harus bertanggung jawab terhadap kasus tersebut, dengan melakukan tobat nasional. Sebaiknya cara pandang kita terhadap pendidkian harus di reformasi. UPI sebagai kampus pendidikan harus leading dalam menciptakan guru-guru yang baik. manusia sebagai mahluk kreatif harus bisa melaksanakan.
Peluang dalam berkorupsi di UN :
  • —  BNSP : Proyek Buku Soal Tanya Jawab UN
  • —  Bimbel : Jualan “Pelajar Sukses UN”
  • —  Sekolah : Korupsi Dana UN
  • —  Dinas Pendidikan : Anggaran Koruptif?
  • —  Percetakan : Pembuatan Soal UN
Penyakit moral dalam UN :
  • —  Soal pilihan ganda, memungkinkan contekan
  • —  Kebocoran soal UN
  • —  Joki UN yang berkeliaran menjanjikan kunci jawaban
  • —  Praktek kebohongan dan menindas kelompok pintar (baca teori minroitas kreatif, Tonybee)
  • —  Distribusi Soal Tidak Merata, Penyamaan peta kesulitan dan kemudahan soal
 Ini adalah bukti bahwa UN melanggar filsafat:
Pemerintah mungkin lupa akan adanya kecerdasan majemuk dan sifat para siswa yang memang sangat beragam. Coba saja tanyakan pada para psikolog, setiap siswa memerlukan perlakuan yang berbeda termasuk dalam hal cara belajar. 
 Sumber : Media dan Para Pakar Pendidikan UPI

From :http://himagrinfptkupi.wordpress.com/2013/05/02/ada-apa-dengan-un/
0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

Post a Comment